Senin, 31 Oktober 2011

RENCANA ASUHAN POLA ELIMINASI BUANG AIR KECIL PADA BAYI










MAKALAH
RENCANA ASUHAN POLA ELIMINASI
BUANG AIR KECIL PADA BAYI



Dosen Pembimbing :



Disusun Oleh :



-----------------------------------------

SEKOLAH TINGGI LMU KESEHATAN KARYA HUSADA
PRODI DIII KEBIDANAN
SEMARANG
2011



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan RahmatNya penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Rencana Asuhan Buang Air Kecil Bayi Baru Lahir Umur 2-6 Hari” tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Siti Nur Umariyah F. S.SiT selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi, dan Balita, Prodi DIII Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang dan teman-teman yang telah memberikan waktu dan dukungannya kepada penulis sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya.
                                                                                                       

Semarang, September 2011








BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Eliminasi merupakan proses pembuangan. Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan kebutuhan eliminasi uri (berkemih). Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi urine saja, tetapi juga berpengaruh terhadap kontrol eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum mampu untuk mengontrol buang air besar maupun buang air kecil karena sistem neuromuskulernya belum berkembang dengan baik. (DR Nursalam, 2006)
Setelah kelahiran, tahan vascular dalm pembuluh darah ginjal berkurang dan aliran darah meningkat, tetapi fungsi normal mungkin belum terjadi sampai 24jam setelah kelahiran. Pengeluaran urine biasanya terbatas dan berkemih sedikit sampai masukan air adekuat. Selama 2 hari pertama kehidupan, bayi baru lahir biasanya berkemih 6 sampai 10 kali sehari, dengan pengeluaran 15-ml/kg/ 24 jam. (Doenges, Marylinn E, 2001)

B.     Tujuan Penulisan Makalah
1.      Tujuan Umum
Mengetahui pentingnya sistem perkemihan serta gangguan yang akan menyertai.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui sitem perkemihan
b.      Mengetahui pola eliminasi buang air kecil yang normal pada bayi
c.       Mengetahui gangguan yang menyertai system perkemihan
d.      Mengetahui penatalaksaan gangguan yang menyertai sistem perkemihan





C.    Manfaat Penulisan Makalah
Dalam penulisan makalah penulis dapat bermanfaat bagi :
1.      Pendidikan
Sebagai referensi di bidang kebidanan khusunya pengetahuan tentang pola eliminasi dan sistem perkemihan serta gangguan yang menyertai
2.      Penulis
Penulisan makalah dapat menambah pengetahuan tentang pola eliminasi buang air kecil
3.      Masyarakat
Menambah pengetahuan bagi masyarakat sebagai masukan yang harus mengetahui tentang gejala yang mengganggu sistem perkemihan serta penangannya
4.      Petugas Kesehatan
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi tenaga kesehatan tentang pola eliminasi buang air kecil
 















BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Anatomi Sistem Perkemihan


B.     Bagian Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari :
1.      Ginjal
2.      Ureter
3.      Kandung kemih
4.      Uretra
Ginjal mengeluarkan secret urine; ureter mengeluarkan urine dari ginjal ke kandung kemih; kandung kemih bekerja sebagai penampung urine; dan uretra mengeluarkan urine dari kandung kemih.

Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama didaerah lumbal disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, belakang peritoneum.
Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra terokalis ampai vertebra lumbalid ketiga.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak disebelah kanan.
Tubuh bayi baru lahir mengandung relative banyak air dan kadar natrium relative lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum  sebanyak orang dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, serta renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Fungsi Ginjal :
1.      Sebagai tempat mengatur air
2.      Sebagai tempat mengtur konsentrasi garam dalam darah
3.      Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam basa darah
4.      Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam

Ureter
Ureter merupakan saluran retro peritoneum yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Pada awalnya ureter berjalan melalui fasia gerota dan kemudian menyilang muskulus psoas dan pembuluh darah iliaka komunis. Susunan saraf otonom pada dinding ureter memberikan aktifitas peristaltic, dimana kontraksi berirama pemacu proksimal yang mengendalikan transport halus dan efisien bagi urine dari pelvis renalis ke kandung kemih.

Kandung Kemih
Kandung kemih atau vesika urinaria berfungsi sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah per atau kendi. Kandung kemih terletak di dalam panggul besar, di depan isi lainnya dan di belakang simpisis pubis. Pada bayi letaknya lebih tinggi. Bagian terbawah adalah basis sedangkan bagian atas adalah fundus.


Uretra
Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kemih ke lubang luar, dilapisi oleh membrane mukosa yang bersambung dengan membrane yang melapisi kandung kemih.
1.      Buang air kecil yang normal pada bayi usia 2-6 hari
Bayi baru lahir harus sudah buang air kecil dalam waktu 24 jam setelah lahir, selanjutnya buang air kecil sebanyak 6-8 x/hari. Pada awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30 ml/hr meningkat 100-200 ml/hr pada akhir minggu pertama. Warna urine keruh/ merah muda dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat. Kemudian mempunyai bau yang khas, memiliki reaksi sedikit asam dengan Ph rata-rata 6 dan berat jenis berkisar antara 1010-1025.
Pantau masukan dan haluaran cairan. Perhatikan warna dan konsentrasi urin dan adanya Kristal berwarna persik pada popok, karena urin berdarah biasanya menunjukkan pseudo menstruasi pada bayi perempuan atau masalah yang berhubungan dengan sirkumsisi pada bayi laki- laki, tetapi dapat juga menandakan cedera ginjal, kemungkinan dihubungkan dengan asfiksia kelahiran, trombosit vena ginjal dan infeksi.
2.      Gangguan-gangguan yang kemungkinan akan muncul pada system perkemihan pada bayi :
a.       Hipospadia
Karena hipospadia melibatkan kelainan pembentukan kulit pada daerah ini, hal ini akan menyebabkan ereksi yang abnormal (disebut chordees) dan masalah seks pada masa dewasa. Meatus akan mengarahkan kandungan kemih kebawah, dan pada kasus yang sangat jarang mungkin terdapat beberapa tahanan saat berkemih. Namun, salah satu dari banyak alasan untuk memperbaiki yang berat adalah mencegah komplikasi psikologi yang dapat muncul cukup dini pada masa kanak-kanak ketika teman main anak melihat penampilan penis yang abnormal tersebut.

Pengobatan
Setelah mendeteksi hipospadia pada anak anda yang baru lahir, dokter anak mungkin akan menyarankan agar penyunatan ditunda sampai setelah berkonsultasi dengan ahli urologi. Hal ini karena penyunatan membuat perbaikan bedah menjadi lebih sulit.
Hipospadia ringan tidak memerlukan pengobatan, tetapi bentuk sedang atau berat memerlukan perbaikan bedah. Operasi ini dapat dilakukan sedini mungkin setelah usia 6 bulan atau selambatnya pada usia 18 bulan, tetapi biasanya dianjurkan sekitar ulang tahun pertama anak. Seringkali pembedahan ini dapat dilakukan pada pasien rawat jalan. Pada beberapa kasus yang berat diperlukan lebih dari satu operasi untuk memperbaiki defek secara tuntas. Setelah pembedahan anak anda akan memiliki fungsi seks dan kemih yang normal, dan penis yang kelihatannya hampir normal.
b.      Katup Uretra
Air kemih meninggalkan kandung kemih melalui saluran yang disebut uretra, yang pada anak laki-laki melalui penis. Selama awal masa perkembangan bayi, terdapat katup kecil dibagian awal dalam uretra yang menghalangi keluarnya air kemih. Kemudian secara normal akan menghilang sebelum anak lahir sehingga air seni dapt mengalir secara bebas keluar dari penis. Namun pada bebrapa anak lelaki , katup tersebut tetap ada setelah lahir, dan akan menyebabkan maslah yang serius dengan mengganggu  aliran dari air kemih. Katup in disebut ‘’katup uretra posterior’’. Sering katup-katup ini terdeteksi dengan ultrasonik selama kehamilan, tetapi beberapa kali tidak ditemukan sampai masa kelahiran, pada saat ditemukan bahwa kandung kemih bayi tersebut meregang dan membesar. Tanda peringatan lain meliputi aliran air kemih yang menets terus menerus dari lemahnya aliran saat berkemih. Jika anda melihat gejala ini beritahukan pada tenaga kesehatan dengan segera.
Katup posterior uretra memerlukan perhatian medis dengan segera untuk mencegah infeksi saluran kemih yang serius atau kerusan ginjal. Jika sumbatan tersebut berat, air kemih dapat kembali melalui ureter (saluran antara kandung kemih dengan ginjal), menyebabkan tekanan yang dapat merusak ginjal.
Pengobatan
Jika seorang anak mengalami sumbatan air kemih karena katup uretra posterior, maka tenaga medis akan memasukkan selang kecil melalui penis kedalam kandung kemih untuk mengurangi sumbatan secara sementara. Kemudian pemeriksaan sinar x dari kandung kemih dan ginjal akan dilakukan untuk memepertegas diagnosis dan melihat apakah ada kerusakan pada saluran kemih pada bagian atas. Seorang ahli urologi kemudian akan melakukan pembedahan untuk mengangkat katup yang menyebabkan penyumbatan tersebut.
c.       Fimosis
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan  ini juga menyebabkan bayi atau anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi atau anak sering menangis keras sebelum urine keluar. Keadaan demikian lebih baik disunat, tetapi kadang orang tua tidak tega karena bayi masih kecil. Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lobang prepusium dengan cara mendorong kebelakang kulit prepusium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter. Selanjutnya dirumah sendiri orang tua diminta melakukannya seperti yang dilakukan oleh dokter . Adanya spegma pada ujung prepusium juga menyulitkan bayi berkemih maka setiap memandikan bayi hendaknya prepusium didorong kebelakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijerang dengan air matang.
Catatan :
Untuk mengetahui adanya kelainan saluran kemih pada bayi, tiap bayi baru lahir harus diperhatikan apakah bayi telah berkemih setelah lahir atau paling lambat 24 jam setelah lahir. Perhatikan apakah urine banyak atau sedikit sekali. Bila terdapat gangguan ekskresi bayi akan terlihat sembab pada mukanya. Atau bila kelainan lain misalnya kista akan terlihat perut bayi lebih besar dari normal. Jika menjumpai kelainan tersebut beritahu tenaga kesehatan setempat. Sampai bayi umur 3 hari pengeluaran urine tidak terpengaruh oleh pemberian cairan. Baru setelah berumur 5 hari bisa terpengaruh.
d.      Buah zakar tidak turun pada tempatnya (kriptorkismus)
Selama masa kehamilan, buah zakar berkembang dalam perut bayi laki-laki. Menjelang dilahirkan, buah zakar tersebut turun melalui suatu saluran (kanalis inguinalis) ke dalam kantung buah zakar (skrotum). Pada sejumlah kecil anak laki-laki, khususnya yang lahir prematur, satu ataupun kedua buah zakar akan gagal turun pada saat dia dilahirkan. Pada banyak anak laki-laki ini, penurunan akan terjadi saat sembilan bulan pertama kehidupan. Namun pada beberapa anak hal ini tidak akan terjadi.
Penyebab dari tidak turunnya buah zakar tidak dapat dijelaskan pada kebanyakan kasus. Aka tetapi pada beberapa anak laki-laki faktor berikut in adalah memiliki peranan :
-          Tidak terdapat cukup hormon tertentu dari ibu dan buah zakar yang sedang berkembang untuk merangsang kematangan normal
-          Buah zakar itu sendiri tidak normal dalam merespons hormon-hormon ini.
-          Mungkin ada hambatan fisik yang mencegah penurunan.
Pada beberapa kasus terdapat suatu hubungan dengan sediaaan hormon yang diminum ibunya saat kehamilan (yang merupakan suatu alasan mengapa wanita hamil disarankan untuk menghindari obat-obatan semacam itu)        
Jika anak anda mengalami kegagalan penurunan buah zakar, maka skrotumnya akan kecil dan terlihat tidak berkembang. Jika hanya satu buah zakar tidak turun, skrotum akan terlihat asimetris (penuh pada satu sisi, kosong pada satu yang lain). Jika buah zakar kadang-kadang muncul dalam skrotum dan pada lain waktu (seperti saat pilek) tidak muncul, serta berada diatas skrotum, keadaan ini disebut retraktil. Keadaan ini bisa terkoreksi sendiri saat anak tersebut menjadi dewasa.
Buah zakar yang tidak turun dapat terpuntir, dan dalam proses ini, alairan darahnya akan terhambat, menyebabkan nyeri pada daerah inguinal atau daerah skrotum. Jika keadaan  ini tidak diperbaiki , buah zakar tersebut dapat mengalami kerusakan yang menetap dan berat. Jadi jika anak laki-laki anda mengalami buah zakar yang tidak turun dan keluhan nyeri pada daerah selangkangan atau daerah skrotum, hubungi tenaga kesehatan segera.
Pengobatan
Buah zakar yang tidak turun dapat diobati dengan suntikan hormon dan/ atau pembedahan. Makin bawah letak buah zakar, makin besar kemungkinan suntikan hormon akan berhasil. Biasanya, tetapi tidak selalu, pengobatan dengan sediaaan hormon dicoba terlebih dulu, jika gagal, pendekatan dengan pembedahan dilakukan. Kadang-kadang suatu hernia muncul dan dapat diperbaiki pada saat yang sama.
Jika kegagalan penurunan buah zakar anak laki-laki anda dibiarkan menetap pada posisi tersebut selama lebih dari dua tahun, anak akan mempunyai risiko yang lebih besar untuk terkena tumor buah zakar (testis). Pada masa dewasa, khususnya jika buah zakarnya tertinggal dalam keadaan yang abnormal. Untungnya, dengan penangan yang dini dan besar seluruh komplikasi ini biasanya dapat dihindari.
e.       Infeksi Saluran Kemih
Pada neonatus sampai umur 3 bulan ISK lebih banyak ditemukan bayi laki-laki.Pada umur 3 bulan sampai 1 tahun insiden pada bayi laki-laki sama dengan bayi perempuan. Tetapi setelah usia sekolah jumlah pasien perempuan 3-4 kali lebih banyak dari pada pasien laki-laki. Diduga faktor uretra yang lebih pendek pada perempuan berperan dalam hal tersebut. Insiden bakteriuria yang asimptomatik pada usia sekolah dilaporkan sebesar 0,03% pada laki-laki dan 1,1% pada anak perempuan. Penyelidikan dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM  pada anak yang dirawat dengan penyakit ginjal lain, insiden bakeriuria simtomatis ditemukan sebesar 31,1%. Pada neonatus dengan resiko tinggi infeksi didapatkan insiden sebesar 1,1%.
Penanganan dan pengobatan infeksi traktus urinarius ini perlu diketahui apakah infeksi dibagian atas (ureter,pielum dan ginjal) /pada bagian bawah (kandung kemih dan uretra). ISK bagian atas dianggap lebih berat karena dapat mengakibatkan kerusakan ginjal. Untuk menentukan apakah ISK bagian atas atau bawah pada anak terutama bayi tidak mudah . Dengan melakukan biakan urine yang diambil melalui kateter sebenarnya dapat membantu menentukan apakah infeksi terdapat pada bagian atas. Tetapi ini jarang dilakukan karena bersifat traumatis . Pemeriksaan fisisk dengan adanya gejala demam,sakit pinggang,serta terdapatnya silinder dan leukosit dalam urine, laju endap darah yang meninggi dan peninggian kadar protein C-reaktif.
Penurunan fungsi ginjal,hipertensi,azotemia dan terdapatnya parut ginjal pada pemeriksaan radiologik pada ISK bagian atas. ISK bagian bawah biasanya lebih ringan ;umumnya tanpa demam hanya ditandai dengan gejala lokal seperti disuria,polakisuria atau bila kencing mengejan. Pada pemeriksaan sedimen urine sering ditemukan leukosit yang berkelompok.
Patogenenesis
Terjadinya ISK pada anak dapat melalui beberapa cara. Pada bayi terutama neonatus biasanya bersifat hematogen sebagai akibat terjadinya sepsis. Pada anak besar infeksi biasnya berasal dari daerah perineum yang kemudian menjalar secara asendens sampai ke kandung kemih, ureter atau ke parenkim ginjal.Adanya kelainan congenital traktus urinarius terutama yang bersifat obstruktif dan refluks merupakan faktor predisposisi timbulnya ISK.Faktor predisposisi lainnya iyalah batu saluran kemih, pemasangan kateter kandung kemih, statis urine karena obstipasi, tumor,dan sebagainya.

Pengobatan
Pengobatan umum. Obati demam, muntah, dehidrasi,dan lain-lain. Disamping itu anak dianjuurkan banyak minum air putih dan agak menahan seringnya kencing. Pengobatan simtomatik terhadap keluhan sakit kencing dapat diberikan fenazopiridin (Pyridium) 7-10 mg/kg BB/hari. Di samping itu perlu juga mencari dan mengurangi atau mmenghilangkan faktor predisposisi seperti obstipasi, elergi, infestasi cacing dan  memperhatikan kebersihan perineum meskipun usaha-usaha ini kadang-kadang tidak selalu berhasil.
Pengobatan khusus. Penanggulangan ISK ditujukan terhdap 3 hal, yaitu pengobatan terhadap infeksi; pengobatan dan pencegahan infeksi berulang; dan mendeteksi dan melakukan koreksi bedah terhadap kelainan anatomis, kongenital maupun yang didapat pada traktus urinarius.
Pengobatan infeksi akut. Pengobatan yang segera dan adekuat pada fase akut dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan timbulnya pielonefritis kronik. Pada keadaan berat atau panas tinggi dan keadaan umum yang lemah, pengobatan segera dilakukan tanpa menunggu hasil biakan urine dan uji resistensi kuman. Pada infeksi akut yang simpleks (yang tidak ada komplikasi) diberikan antibiotik atau kemoterapi. Obat yang sering diberikan ialah ampisilin,kotrimoksazol,sulfisokzasol,asm nalidiksat dan sebagainya.Pengobatan diberikan selama 7 hari.
Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang. Dalam pengamatan selanjutnya 30-50% pasien akan mengalami infeksi berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala.Oleh karenanya perlu dilakukan biakan pada minggu pertama setelah selesai pengobatan fase akut,kemudian 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun.Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan fase akut. Bila relaps atau reinfeksi terjadi lebih dari 2 kali,maka pengobatan dilanjutkan dengan pengobatan profilaksis, dengan obat-obat anti-sepsis urine seperti nitrofurantion, kotrimoksazol, atau obat-obat lainnya. Pada umumnya diberikan seperempat dosis normal, satu kali sehari pada malam hari selama 3 bulan.
Bila infeksi traktus urinarius disertai dengan kelainan anatomis disebut ISK kompleks, maka hasil pengobatan biasanya kurang memuaskan. Pemberian obat disesuaikan dengan hasil uji resistensi dan dilakukan dengan terapi profilaksis selama 6 bulan dan bila perlu sampai 2 tahun.
Koreksi bedah. Bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi, mka perlu dilakukan koreksi bedah . Penanganan terhadap refluks tergantung dari derajat stadiumnya.Refluks stasium I sampai III biasanya akan menghilang dengan pengobatan terhadap infeksi. Pada stadium IV perlu dilakukan koreksi bedah dengan reinplantasi ureter pada kandung kemih. Bila perlu dilakukan nefrektomi pada keadaan yang sudah tidak dapat ditangani dengan cara lain (misalnya pielonefrotik atrofik kronik).
Penatalaksanaan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan pada pasien adalah gangguan rasa aman dan nyaman, resiko terjadi kompikasi, kebersihan genetalia pada bayi/anak kecil kurang.
Gangguan rasa aman dan nyaman.Gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien dengan ISK disebabkan oleh demam,pusing,sering berkemih atau sakit jika berkemih. Pada bayi sering disertai muntah atau berak-berak, tidak mau minum. Untuk mengurangi gangguan tersebut pasien perlu istirahat di tempat tidur selama demam,dan yang paling penting adalah minum obat secara benar. Obat antibiotic harus diminum sampai habis dan jika obat habis bersamaan dengan baru turun suhunya, supaya dibawa kedokter kembali. Biasanya dokter memberikan obat/antibiotic selama 7 hari kemudian untuk mengecek apakah infeksi telah sembuh perlu dilakukan biakan urine lagi (biakan pertama dilakukan pada permulaan pengobatan). Disamping istirahat pasien harus banyak minum (berikan air putih saja), boleh juga diberi sari buah tetapi jangan minuman yang mengandung bahan pengawet.catat jumlah cairan uang diminum anak dan pada waktu konsultasi dibawa. Selama demam anak diberikan makanan lunak.
Resiko terjadi komplikasi. Infeksi traktus urinarius walaupun ringan,seperti pada saluran kemih bagian bawah,jika tidak diobati secara adekoat dapat menjalar kesaluran kemih yang lebih atas,kepielum atau ke ginjal. Jika terjadi infeksi berulang-ulang menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik (GGK). Untuk pengobatan dan pencegahan komplikasi pasien dengan ISK selain pemberian antibiotic selama 7 hari juga mempertimbangkan hasil biakan urine berikutnya. Orang tua harus dipesankan agar selalu datang control pada waktu yang telah ditentukan untuk pemeriksaan urine ulang. Walaupun telah sembuh pada pengobatan pertama, infeksi ini dapat berulang. Oleh karena itu perlu pengawasan dengan melakukan pemeriksaan biakan urine ulang setelah 1 bulan,3 bulan dan kemudian setiap 3 bulan sampai jangka waktu 2 tahun. Berikan penjelasan pada orang tua atau pada pasiennya sendiri mengenai bahaya dari ISK tersebut, yaitu jika tidak tuntas pengobatannya (karena sifat penyakit tersebut dapat berulang sehingga kemungkinan tidak diketahui jika tidak teratur kontrolnya) dapat berkembang ke GGK. Oleh karena itu agar pasien/orang tua selalu memperhatikan pesan dokter yang mengobati.
Kurang kebersihan genitalia pada bayi/ anak kecil. Sesuai dengan patogenesis ISK bahwa infeksi terjadi sebagai penjlaran dari infeksi yang ada di daerah perineum atau saluran pencernaan, maka kebersihan daerah genitalia atau perineum perlu diperhatikan. Jika bayi buang air besar supaya dibersihkan dengan air. Khusus pada bayi wanita bila membersihkan atau menceboki gunakan kapas cebok (kapas yang telah dijerang dengan air matang) dengan cara membersihkannya dari depan kebelakang dan kapas langsung dibuang. Jangan menggunakan kapas bolak- balik; dengan cara ini kotoran dari anus dapat dihindarkan masuk ke genitalia. Jika bayi akan dimandikan sebelumnya dibersihkan dahulu genitalia atau anusnya dengan kapas cebok baru kemudian dimandikan (untuk menghindarkan jika dalam feses ada basil coli yang dapat menjadi penyebab ISK) .
Selain hal itu, cara membedaki daerah genitalia yang biasanya sering ditaburkan saja  bedaknya di mulut genitalia juga dapat menyebabkan infeksi bila bedah tersebut kedalam uretra/vagina. Juga jika menggunakan spons , karena spons biasanya dipakai untuk seluruh tubuh bayi dan tidak jarang pada kulit bayi terdapat kelainan (seperti biang keringat atau lainnya) yang dapat juga membawa infeksi. Jelaskan, bahwa yang perlu dibedaki ialah di sekitar genitalia terutama pada lipat paha dan bokong.
ISK yang terjadi pada anak lebih besar terutama anak perempuan (balita) dapat karena celananya kotor tidak segera diganti atau bila anak berkemih tidak diceboki (biasanya anak kecil sering duduk dimana saja atau anak yang lebih kecil pipis sambil duduk ditempat mana saja sehingga infeksi dapat terjadi). Pada anak perempuan yang dibawa berobat dan ditemukan adanya infeksi pada vaginanya selain diberi obat antibiotik diberikan pula obat untuk cebok. Biasanya diberi PK Kristal yang harus dilarutkal untuk cebok atau untuk merendam genitalianya jika kotor sekali (berapa banyak PK yang diperlukan dapak diberitahu beberapa butir dengan 1-2 liter air sampai warnanya merah muda agak ungu.lama berendam 15-20 menit. Dapat juga dengan betadin cair atau preparat lainnya.








ASUHAN KEBIDANAN  BAYI SEHAT
DI KELURAHAN SAMBIROTO, KECAMATAN TEMBALANG
SEMARANG

I.                  Pengkajian
Hari / Tanggal : Minggu , 31 Oktober 2011
Waktu             : 17.00 WIB
Tempat            : Dsn. Kemuning, Kel. Sambiroto
A.    Data Subyektif
1.      Biodata
a.       Biodata Pasien
Nama bayi               :  By Ny. Y
Umur                       :  3 hari
Alamat                    :  Kemuning, Sambiroto
Tanggal Persalinan  :  28 -10-2011 jam 00.03 WIB
Jenis Kelamin          :  Laki - Laki
b.      Biodata Penanggungjawab
Nama Ayah             :  Tn R.S
Umur                       :  26 thn
Suku bangsa            :  Jawa/Indonesia
Agama                     :  Islam
Pendidikan              :  SMU
Pekerjaan                 :  PNS
Alamat                    :  Sambiroto Semarang
Nama Ibu                :  Ny Y                                  
Umur                       :  28 tahun                             
Suku Bangsa           :  Jawa/Indonesia                  
Agama                     :  Islam                                  
Pendidikan              :  SMU                                  
Pekerjaan                 :  IRT                                    
Alamat                    :  Sambiroto Semarang
2.      Alasan Datang
Ibu datang  memeriksakan keadaan bayinya
3.      Keluhan Utama
Tidak ada
4.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat kesehatan terdahulu       
1)      Pasien tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria, DM dll
2)      Pasien tidak pernah menderita penyakit menurun seperti jantung, DM, hipertensi, asma dll
b.      Riwayat Kesehatan Sekarang
1)      Pasien tidak sedang menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis
2)      Pasien tidak sedang menderita penyakit menurun seperti jantung, DM, hipertensi, asma
c.       Riwayat Kesehatan Keluarga
1)      Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular seperti TBC dan hepatitis
2)      Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, DM, hipertensi, asma
3)      Dalam keluarga tidak ada riwayat lahir kembar atau cacat
5.      Riwayat Kelahiran
a.       Tanggal Lahir      :  30 Oktober 2011
b.      Jenis Kelamin      :  Laki-laki
c.       BB Lahir              :  3000 gr
d.      PB Lahir              :  51 cm
6.      Riwayat Imunisasi
a.       BCG usia             :  -
b.      Hepatitis B usia   :  0 hari
c.       Campak usia        :  -
d.      Polio usia             :  0 hari
e.       DPT usia              :  -
7.      Riwayat Perkembangan
a.       Tengkurap            :  -
b.      Merangkak usia   :  -
c.       Berjalan usia        :  -
8.      Pola Pemenuhan Kebutuhan
a.       Nutrisi                  :  ASI setiap bayi menginginkan                      
b.      Eliminasi              :  BAB 3x/hari, BAK 6x/hari
c.       Aktifitas              :  Gerak aktif
d.      Istirahat               :  20 jam/hari
e.       Personal Hygiene : Mandi 2x/hari

B.     Data Obyektif
1.      Pemeriksaan Umum
a.       KU                   :   Baik
b.      Antopometri    :
BBL                 :   3000 gr
PBL                 :   51cm
LD                   :   32 cm
LK                   :   33 cm
LILA               :   11 cm
c.       TTV                 :
HR                   :   145 x/menit
RR                   :   22 x/menit
Suhu                 :   37 ºC
2.      Kemampuan Motorik Halus
-
3.      Kemampuan Motorik Kasar
-
4.      Kemampuan Bahasa dan Penggunaan
Menangis
5.      Kemampuan Bahasa dan Penggunaan
Kepala           :   bentuk simetris
Ubun-ubun    :   lunak, sutura terpisah
Mata              :   simetris, selera tidak ikterik,kornea mata gelap
Hidung          :   simetris, bersih,tidak ada cairan yang keluar
Mulut            :   bibir tampak merah muda, lidah bersih, platum  durum dan platum mole menyatu
Telinga          :   simetris, tidak ada cairan yang keluar, reflek moro positif
Leher             :   tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,tidak terlihat pelebaran
Dada             :   simetris
Abdomen      :   tidak ada pembesaran hepar 
Genetalia       :   testis sudah turun
Anus             :   tidak ada atresiaani
Ekstremitas   :   simetris, terkoordinasi dengan baik
Kulit              :   berwarna merah muda, bersih dan turgor kulit baik
Tali pusat      :   tidak terjadi pendarahan
6.      Pemeriksa Penunjang
Tidak dilakukan

II.               Interpretasi Data
1.      Diagnosa : Bayi usia 3 hari sehat
Dasar :
a.       Data Subyektif
1)      Ibu menyatakan bahwa bayinya berusia 3 hari dan sehat
2)      Ibu menyatakan melahirkan tanggal 30 Oktober 2010
3)      Ibu menyatakan bayinya tidak rewel
b.      Data Obyektif
1)      KU                   :   Baik
2)      Antopometri    :
BBL                 :   3000 gr
PBL                 :   51cm
LD                   :   32 cm
LK                   :   33 cm
LILA               :   11 cm
3)      TTV                 :
HR                   :   145 x/menit
RR                   :   22 x/menit
Suhu                :   37˚C
4)      Pemeriksaan fisik menunjukan semua dalam keadaan baik
2.      Masalah Kebidanan
Ibu kurang mengerti tentang buang air kecil yang normal pada bayi.

III.            Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Tidak Ditemukan

IV.            Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Tidak Muncul

V.               Intervensi
1.      Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayi
2.      Perhatikan suhu lingkungan sekitar bayi
3.      Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang
-          Kebersihan daerah genetalia/perineum yang perlu diperhatikan. Jika bayi BAB maka harus segra dibersihkan menggunakan air. Khusus pada bayi wanita bila membersihkan / menceboki gunakan kapas cebok (kapas yang sudah dijerang dengann air matang) dengan cara membersihkan dari depan ke belakang dan kapas langsung dibuang. Jangan menggunakan kapas bolak balik.
-          Sebelum bayi dimandikan sebaiknya bersihkan dahulu daerah genitalianya menggunakan kapas cebok.
-          Jelaskan pada ibu bahwa car membedaki yang benar adalah pada lipatan daerah paha saja dan bokong, karena jika bagian mulut genital diberi bedak maka dapat menyebabkan infeksi bila bedak tersebut masuk kedalam urethra/vagina.
-          Segara ganti bila popok atau celana sudah basah atau kotor.
-          Anjurkan ibu untuk segera memeriksakan anak jika ada tanda-tanda yang membahayakan, misal anak terlalu rewel.
-          Pemantauan dan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya agar bayi tetap sehat
-          Jelaskan pada ibu untuk tentang pemberian intake nutrisi yang benar
4.      Kaji pola eliminasi buang air kecil pada bayi

VI.            Implementasi
Dilakukan pada tanggal 30 0ktober 2011 Jam 17.00 wib
1.      Memberikan informasi pada ibu tentang keadaan bayinya  yang sehat
2.      Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan bayi
3.      Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya pemberian nutrisi yang bergizi pada bayi.
4.      Memberikan informasi mengenai perawatan khusus terhadap popok, pengenalan ruam.
5.      Memberikan informasi tentang masukan dan keluaran cairan pada bayi, untuk memperhatikan warna dan konsistensi urin.
6.      Menganjurkan ibu memperhatikan jumlah yang ditelan dimakan dan yang dimuntahkan jika bayi muntah.
7.      Memberikan informasi pada ibu untuk memantau adanya gangguan motilitas yang ada hubungannya dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
8.      Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan saat keadaan diperlukan.


VII.         Evaluasi
1.      Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya
2.      Ibu telah paham untuk menjaga kebersihan bayinya
3.      Ibu mengetahui tentang pentingnya penberia nutrisi yang bergizia pada bayi.
4.      Ibu telah mengetahui mengenai perawatan khusus terhadap popok dan pengenalan ruam.
5.      Ibu mengetahui tentang masukan dan keluaran cairan pada bayi untuk memperhatikan warna dan konsistensi urin.
6.      Ibu sudah paham untuk memeperhatikan jumlah makanan atau cairan yang ditelan dan yang dimuntahkan jika bayi muntah..
7.      Ibu telah mengtahui informasi yang diberikangguan yang untuk memantau adanya gngguan yang berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
8.      Ibu bersedia untuk selalu melakukan kunjungan ulang saat keadaan diperlukan.















BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mngetahui aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga. Untuk perkemihan diharapkan keluar 24jam pertama. Tetapi fungsi normal mungkin belum terjadi sampai 24 jam setelah kelahiran. Tetapi harus tetap diidentifikasi untuk mencegah terjadinya kekurangan volume cairan sehingga pola eliminasi buang air kecil bayi jadi terganggu.

B.     Saran
1.      Bagi tenaga kesehatan
Memberikan rencana asuhan perawatan yang berisi informasi pada bayi baru lahir tentang pola eliminasi buang air kecil.
2.       Ibu dan keluarga dianjurkan untuk dapat memeahami apa yang telah disampaikan oleh tenaga kesehatan mengenai bayinya.













DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylinn E, 2001. Rencana asuhan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC


Muslihatun, wafi, 2010. Asuhaan Neonatus Bayi dan Balita. Penerbit Fitramaya. Yogyakarta

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Nursalam, 2006. Asuhan Keperawata pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba Medika, Jakarta.

Surya, Satyanegara, 2004. Panduan Lengkap Perawatan Untuk Bayi dan Balita. Jakarta : Arcan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar