BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kontrasepsi
berasal dari kata ‘kontra’ yang berarti mencegah/ menghalangi dan ‘konsepsi’
yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi
kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi
dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat
ataupun melalui prosedur operasi. Tingkat efektivitas dari kontrasepsi
tergantung dari usia, frekuensi melakukan hubungan seksual dan yang terutama
apakah menggunakan kontrasepsi tersebut secara benar. Banyak metode kontrasepsi
yang memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika digunakan secara tepat.
Jenis kontrasepsi yang ada saat ini adalah : kondom (pria atau wanita), pil
(baik yang kombinasi atau hanya progestogen saja), implan/susuk, suntik, patch/koyo
kontrasepsi, diafragma dan cap, IUD dan IUS, serta vasektomi dan tubektomi.
Kontrasepsi
suntik terdiri dari dua jenis yaitu suntik kombinasi dan suntik progestin.
Suntik kombinasi berisi hormon estrogen dan
progesteron, sedangkan suntik progestin berisi hormon progesteron saja.
B.
TUJUAN
1. Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui tentang
kontrasepsi suntik
2. Tujuan
Khusus
a. Menjelaskan
pengertian tentang kontrasepsi suntik
b. Menjelaskan
macam-macam kontrasepsi suntik
c. Menjelaskan
tentang suntik kombinasi
d. Menjelaskan
tentang suntik progestin
BAB II
TINJAUAN TEORI
Penggunaan
alat kontrasepsi suntik, seperti Depo Provera, merupakan suatu tindakan
invasif. Karena menembus pelindung kulit, penyuntikan harus diakukan hati-hati
dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi. Kekhawtiran lain adalah
meningkatnya masalah penyebaran virus hepatitis B, hepatitis C, dan AIDS kepada
pelayan, provider dan petugas klinik, khususnya petugas kebersihan dan rumah
tangga ( Saifudin , 2006 : MK-34 ).
Untuk
mengurangi resiko tersebut, sedapat-dapatnya gunakan jarum dan alat suntik
sekali pakai (disposible) atau alat suntik jenis baru yaitu “autodisable
syringe” . Bila menggunakan jarum dan alat suntik pakai ulang (reusable),
setelah digunakan, dekontaminasi segera dengan direndam dalam larutan klorin
0,5 % atau disinfektan lain yang tersedia didaerah setempat ( Saifudin , 2006 :
MK-34 ).
A.
SUNTIKAN
KOMBINASI
1. Pengertian
Jenis
suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg
estradiol sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem), dan 50
mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan injeksi IM
sebuan sekali ( Saifudin, 2006 : MK-34 ).
a. Cara
kerja
1) Menekan
ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak
terjadi sentakan LH (LH Surge). Respon kelenjar hipofise terhadap gonadotropin
releasing Hormone eksogenus tidak berubah, sehingga memberi pesan proses
terjadi di hipotalamus dari pada di kelenjar hipofise ( Hartanto, 2004 : hal
166 ).
2) Membuat
lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu ( Hartanto,
2004 : hal 166 ).
3) Perubahan
pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu ( Hartanto, 2004 : hal
166 ).
4) Menghambat
transportasi gamet oleh tuba
b. Efektivitas
Sangat
efektif (0,1 sampai 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun perama
penggunaan ( Saifudin, 2006 : MK-34 ).
c. Keuntungan kontrasepsi
1) Resiko
terhadap kesehatan kecil
2) Tidak
perpengaruh pada hubungan suami istri
3) Tidak
diperlukan pemeriksaan dalam
4) Jangka
panjang
5) Efek
samping sangat kecil
6) Klien
tidak perlu menyimpan obat suntik
(
Saifudin, 2006 : MK-34 ).
d. Keuntungan Nonkontrasepsi
1) Mengurangi
jumlah perdarahan
2) Mengurangi
nyeri saat haid
3) Mencegah
anemia
4) Khasiat
pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium
5) Mengurangi
penyakit payudara jinak dan kista ovarium
6) Mencegah
kehamilan ektopik
7) Melindungi
klien dari jenis-jenis tertentu
8) Penyakit
radang panggul
9) Pada
keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause
(
Saifudin, 2006 : MK-34 ).
e. Kerugian
1) Terjadi
perubahan pada pola haid, seperi tidak teratur, perdarahan bercak atau spoting,
atau perdarahan sela sampai 10 hari.
2) Mual,
sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang setelah
suntikan kedua atau ketiga.
3) Ketergantungan
klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap 30 hari untuk
mendapatkan suntikan
4) Efektifitasnya
berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsi (fenitoin dan
barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin)
5) Dapa
terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan
darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati
6) Penambahan
berat badan
7) Tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infesi menular seksual hepatitis B
virus, atau infeksi virus HIV
8) Kemungkinan
terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian
(
Saifudin, 2006 : MK-35 ).
f. Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi
1) Usia
reproduksi
2) Telah
memiliki anak ataupun belum memiliki anak
3) Ingin
mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas lebih tinggi
4) Menyusui
ASI pasca persalinan lebih dari 6 bulan
5) Pasca
persalinan dan tidak menyusui
6) Anemia
7) Nyeri
haid hebat
8) Haid
teratur
9) Riwayat
kehamilan ektopik
10) Sering
lupa menggunakan pil kontrasepsi
(
Handayani, 2010 : hal 108 ).
g. Yang tidak boleh menggunakan suntikan
kombinasi
1) Hamil
atau di duga hamil
2) Perdarahan
pervaginam tak jelas penyebabnya
3) Perokok
usia lebih dari 35 tahun yang merokok
4) Riwayat
penyakit jantung atau tekanan darah tinggi (lebih dari 180 atau 110 mmHg)
5) Riwayat
thromboemboli atau DM lebih dari 20 tahun
6) Penyakit
hati akut
7) Keganasan
payudara
8) Menyusui
di bawah 6 minggu pasca persalinan
9) Kelainan
pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain
(
Handayani, 2010 : hal 108 ).
h. Waktu
Pelaksanaan
1) Suntikan
pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan
2) Bila
suntikan pertama diberikan pada hari ke 7 siklus haid, klien tidak
diperbolehkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan
kontrasepsi lain untuk 7 hari.
3) Bila
klien tidak haid, suntkan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat
dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan
seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain
selama masa waktu 7 hari.
4) Bila
klien pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama
dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.
5) Bila
pasca persalinan lebih dari 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid maka
suntikan pertama diberika pada suklus haid hari 1 dan 7.
6) Bila
pasca persalinan kurang dari 6 bulan dan menyusui, jangan di meri suntikan
kombinasi.
7) Bila
pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberi.
8) Pasca
keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari.
(
Saifudin, 2006 : MK-36 ).
i.
Cara Penggunaan
1) Intra
Muskuler , setiap bulan
2) Diulang
tiap 4 minggu
3) 7
hari lebih awal, terjadi risiko gangguan perdarahan
4) Tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
Keadaan
|
Anjuran
|
Tekanan darah tinggi
|
Kurang dari 180/110 mmHg dapat
diberikan, tetapi perlu pengawasan
|
DM
|
Dapat diberikan pada kasus anpa
komplikasi dan kencing manisnya terjadi <20 tahun. Perlu diawasi.
|
Migrain
|
Biola tidak ada gejala neurologik yang
berhubungan dengan sakit kepala, boleh diberikan.
|
Menggunakan obat TBC/ Obat Epilepsi
|
Berikan pil kontrasepsi kombinasi
dengan 50 µg etinilestradiol atau cari metode kontrasepsi lain.
|
Mempunyai penyakit anemia bulan sabit
(sickle cell)
|
Sebaiknya jangan menggunakan suntikan
kombinasi .
|
(
Handayani, 2010 : hal 110 ).
j.
Efek Samping dan Penanganan
Efek Samping
|
Penanganan
|
Amenorea
|
Singkirkan
kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, dan tidak perlu diberi pengobatan
khusus. Jelaskan bahwa darah haid tidak berkumpul dalam rahim. Anjurka klien
untuk kembali ke klinik bila tidak datangnya haid masih menjadi masalah. Bila
klien hamil, rujuk klien. Hentian penyuntikan, dan elaskan bahwa hormon
progestin dan esterogen sediki sekali pengaruhnya pada janin.
|
Mual/ pusing/
muntah
|
Pastikan tidak
ada kehamlan. Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini
adalah hal biasa dan akan hilang pada waktu dekat.
|
Perdarahan/
Perdarahan Bercak (spotting)
|
Bila hamil,
rujuk. Bila tidak hamil cari penyebab perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa
perdarahan yang terjadi merupakan hal biasa. Bila pedarahan berlanjut dan
menghawatirkan klien, metode kontrasepsi lain perlu dicari.
|
(
Handayani, 2010 : hal 110 ).
k. Intruksi
untuk klien
1) Klien
harus kembali ke dokter atau klinik untuk menndapatkan suntikan kembali setiap
4 minggu.
2) Bila
tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter atau klinik untuk
memastikan hamil atau tidak.
3) Jelaskan
efek samping tersering yang di dapat pada penyuntikan dan apa yang harus
dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala,
atau nyeri payudara, serta perdarahan, informasikan jika keluhan tersebut
sering di temukan, dan biasanya akan hilang pada suntikan ke dua atau ke tiga.
Apabila klien sedang menggunakan obat-obat tuberkulosis atau obat epilepsi,
obat-obat tersebut dapat mengganggu efektivitas kontrasepsi yang sedang di gunakan.
(
Saifudin, 2006 : MK-39 ).
l.
Tanda-Tanda Yang Harus di Waspadai pada
Penggunaan Suntikan kombinasi
1) Nyeri
dada hebat atau nafas pendek. Kemungkinan adanya pembekuan darah di paru, atau
serangan jantung.
2) Sakit
kepala hebat atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke, hipertensi,
atau migrain.
3) Nyeri
tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada tungkai.
4) Tidak
terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya,
kemungkinan terjadi kehamilan.
(
Saifudin, 2006 : MK-39 ).
B.
KONTRASEPSI
SUNTIKAN PROGESTIN / PROGESTIN-ONLY INJEC TABLE ( PICs )
1. Pengertian
Suntik
kombinasi merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi hormon progesteron (
Handayani, 2010 : hal 111 ).
2. Jenis
Tersedia
2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
a. Depo
Medroxyprogesterone Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan di
setiap 3 bulan dengan cara disuntik intra muskuler (di daerah bokong).
b. Depo
Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang engandung 200 mg Noretindron
Enantat, diberikan setiap2 bulan dengan cara intra muskular.
(
Handayani, 2010 : hal 111 ).
3. Mekanisme
Kerja
a. Mencegah
ovulasi
b. Mengentalkan
lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma
c. Menjadikan
selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d. Menghambat
transportasi gamet oleh tuba
e. Membuat
endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum yag sudah
di buahi
(
Handayani, 2010 : hal 111 ).
4. Manfaat
Manfaat
kontraseptif :
a.
Memiliki efektifitas
tinggi (dengan 0,3 kehamilan per seratus wanita selama tahun pertama
penggunaan)
b.
Tidak menggangu
hubungan seks
c.
Tidak mempengaruhi
pemberian ASI Efek sampingnya sedikit
d.
Dapat di berikan oleh
petugas non medis yang sudah terlatih
e.
Tidak mengandung
esterogen
Manfaat non
kontraseptif
a.
Mengurangi kehamilan
ektopik.
b.
Dapat mengurangi haid.
c.
Dapat mengurangi
perdarahan haid.
d.
Dapat memperbaiki
anemia.
e.
Melindungi terhadap
kanker endometrim.
f.
Menurunkan penyakit
payudara ganas
g.
Mengurangi krisis
sickle cell.
h.
Memberi perlindungan
terhadap beberapa penyebab PID (Penyakit Inflamasi Pelvik.)
(
Handayani, 2010 : hal 112 ).
5. Keterbatasan
a. Sering di temukan gangguan haid, seperti :
1) Siklus
haid yang memendek atau memanjang
2) Perdarahan
yang banyak atau sedikit
3) Perdarahan
tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
4) Tidak
haid sama sekali
(
Handayani, 2010 : hal 112 ).
b. Klien
sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan )
1)
Permasalahan berat badan merupakan efek
samping tersering.
2)
Tidak menjamin
perlindungan terhadap penularan infeksi.
(
Handayani, 2010 : hal 111 ).
6. Yang
dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin :
a. Usia
reproduksi
b. Nulipara
dan yang telah memiliki anak
c. Menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi
d. Menyusui
dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e. Setelah
melahirkan dan sedang menyusui ( 6 minggu atau lebih masa nifas )
f. Setelah
abortus atau keguguran
g. Telah
banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi
h. Perokok
i.
Mengalami tekanan darah
tinggi
j.
Pengguna obat epilepsi
dan tuberculosis
k. Tidak
dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen
l.
Pelupa
m. Anemia
defisiensi besi
n. Mendekati
usia menopause
(
Handayani, 2010 : hal 112 ).
7. Yang
tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin :
a. Hamil
atau di curigai hamil
b. Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenore
d. Menderita
kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e. Diabetes
mellitus di sertai komplikasi
(
Handayani, 2010 : hal 113 ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode
kontrasepsi suntikdibagi menjadi dua jenis yaitu suntik kombinasi dan suntik
progestin. Suntik kombinasi diberikan satu bulan sekali, sedangkan suntik
progestin diberikan setiap tiga bulan sekali.
Suntikan
kombinasi mengandung hormon estrogen dan progesteron. Sedangkan suntikan
progestin hanya mengandung hormon progesteron. Masing-masing suntikan tersebut
mempunyai jenis komposisi serta efektifitas yang berbeda.
B. Saran
1. Bagi
tenaga kesehatan diwajibkan memberikan penyuluhan tentang metode alat
kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kepadatan penduduk,
meningkatkan usia harapan hidup serta menurunkan morbiditas serta mortalitas
bagi ibu hamil serta bayi baru lahir.
2. Bagi
pasangan usia subur serta keluarga yaitu sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi
yang tepat, sehingga tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym.
2001. Kapita Selekta Kedokteran.
Media Aesculapius. Jakarta : FKUI
Saifudin,
Abdul Bari. 2006. Buku Pelayanan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Hartanto,
Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Handayani,
Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga
Berencana. Jakarta : Pustaka Rihama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar