Sabtu, 29 September 2012

INFEKSI MALARIA


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Siapa tak kenal makhluk bernama nyamuk? Serangga yang satu ini pasti sangat dikenal oleh manusia. Antara nyamuk dan manusia, bisa dikatakan, hidup berdampingan, bahkan nyaris tanpa batas. Hanya sayangnya, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif, yakni terciptanya simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Yang terjadi, kehadiran nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Nyamuk Anopheles bisa menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini suka menggigit dalam posisi menungging alias posisi badan, mulut, dan jarum yang dibenamkan ke kulit manusia dalam keadaan segaris. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya.

B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Mengetahuai dan mampu menjelaskan penanggulangan penyakit malaria dalam masyarakat.
2.      Tujuan khusus
a.     Mengetahui pengertian penyakit malaria
b.     Memberikan informasi kepada masyarakat tentang cara-cara pencegahan penyakit malaria
c.      Agar pembaca dapat melakukan upaya penanganan terhadap pasien malaria
d.     Agar pembaca mengetahui jenis obat-obatanyang diperlukan untuk mengobati penyakit  malaria.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.     PENGERTIAN
Malaria merupakan salah satu penyakit re-emerging yang masih menjadi ancaman dan sering menimbulkan wabah. Angka kejadian infeksi malaria masih tinggi terutama di kawasan Timur Indonesia seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi Utara.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh potozoa dan disebarkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Protozoa penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodium yang dapat menginfeksi manusia ataupun serangga. Terdapat  empat spesies plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia, yaitu vivaks, ovale, malariae, dan falsiparum. Di duga penyakit ini berasal dari afrika dan menyebar mengikuti gerakan migrasi manusia melalui pantai mediterania, india dan asia tenggara. Nama malaria mulai di kenal sejak zaman kekaisaran romawi. Kata malaria berasal dari bahasa italia yang berarti udara kotor dan juga bisa disebut dengan istilah demam romawi.
Infeksi yang disebabkan plasmodium, umumnya plasmodium falsiparum dan plasmodium vivaks. Infeksi malaria falsiparum pada ibu hamil sering menyebabkan kematian bila tidak diketahui dan diberi pengobatan yang baik. Di coba untuk membedakan antara ibu yang non-imune (berada di daerah yang penularannya yang rendah) atau daerah semi-imune (berada di daerah yang penularannya tinggi). Ibu yang non-imune kemungkinan mengalami komplikasi yang lebih besar. Sedang untuk ibu yang non-imune komplikasi yang terjadi adalah terjadinya anemia dan parasitemia pada plasenta tetapi tidak sampai mengenai janin (angka kejadian malaria neonatorum adalah 0,03%). Tetapi dapat menyebabkan BBLR. Penyakit ini bersifat menahun dan melemahkan kondisi penderita.


B.     GEJALA DAN KOMPLIKASI
Gejala dan komplikasi malaria selama kehamilan berbeda-beda bergantung pada intensitas tranmisi dan berhubungan langsung dengan tingkat imunitas ibu hamil. Terdapat 2 kondisi yang berpotensi menghambat timbulnya gejala malaria yang disebabkan perbedaan imunitas, yaitu sebagai berikut :
a.    Daerah epidemik atau transmisi malaria rendah
Perempuan dewasa yang belum penah terkena parasit dalam jumlah banyak, seringkali menjadi sakit bila terinfeksi oleh parasit pertama kali. Ibu hamil yang tinggal di daerah dengan transmisi rendah mempunyai resiko 2-3 kali lipat untuk menjadi sakit yang berat dibandingkan dengan perempuan biasa tanpa kehamilan. Kematian ibu hamil biasanya diakibatkan oleh penyakit malarianya sendiri atau akibat langsung anemia yang berat. Masalah yang biasa timbul pada kehamilannya adalah meningkatnya kejadian berat bayi lahir rendah, prematuritas, pertumbuhan janin terhambat, infeksi malaria, dan kematian janin.
b.    Daerah dengan transmisi malaria sedang sampai tinggi
Pada daerah ini kebanyakan ibu hamil telah mempunyai kekebalan yang cukup karena telah sering mengalami infeksi. Gejala biasanya tidak khas untuk penyakit malaria. Yang paling sering adalah berupa anemia berat dan ditemukan parasit dalam plasentanya. Janin biasanya mengalami gangguan pertumbuhan dan selain itu menimbulkan gangguan pada daya tahan neonatus. Kematian ibu hamil akibat malaria di benua afrika mencapai puluhan ribu tiap tahunnya, 8-14% ibu hamil melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, selain itu 3-8% mengalami kematian janin dalam rahim.
Penyakit malaria dan kehamilan adalah dua kondisi yang saling mempengaruhi. Perubahan fisiologis dalam kehamilan dan perubahan patologis akibat penyakit malaria mempunyai efek sinergis terhadap kondisi masing-masing, sehingga semakin menambah masalah baik bagi ibu hamil, janin, maupun dokter yang menanganinya. Penyakit malaria yang terutama disebabkan oleh plasmodium falsiparum dapat menyebabkan keadaan yang buruk bagi ibu hamil. Seorang primigravida yang terkena penyakit malaria umumnya paling mudah mendapatkan komplikasi berupa anemia, demam, hipoglikemi, malaria serebral, edema paru, sepsis puerperalis, bahkan sampai kematian.

C.    GEJALA KLINIK
Selama kehamilan, lebih dari setengahnya memberikan manifestasi klinik yang atipik, yaitu berupa :
1.    Demam
Pasien dapat mengeluhkan bermacam-macam pola demam mulai dari tanpa demam, demam tidak terlalu tinggi yanng terus menerus, hingga ke hiperpireksia. Pada trimester kedua kehamilan gambaran manifestasi klinik yang atipik lebih sering terjadi karena proses imunosupresi.
2.    Anemia
Di negara berkembang yang biasanya merupakan daerah endemis malaria, anemia merupakan gejala yang paling sering ditemukan selama kehamilan. Penyebab utama anemia adalah karena malnutrisi dan penyakit cacing. Dalam kondisi seperti ini penyakit malaria sendiri biasanya memberikan gejala dengan manifestasi anemia sehingga semua kasus anemia harus diperiksa kemungkinan kearah penyakit malaria.
3.    Splenomegali
Pembesaran limpa biasa terjadi pada penyakit malaria dan keadaan ini akan menghilang pada trimester kedua kehamilan. Bahkan, splenomegali yang menetap pada keadaan sebelum hamil bisa mengecil selam kehamilan.

D.    PENILAIAN KLINIK
Gejala dan tanda dari infeksi malaria merupakan demam yang non spesifik dan kadang-kadang sulit dibedakan dengan kasus demam lainnya.
Gejala yang ditemukan adalah :
1.      Demam tinggi
2.      Sakit kepala
3.      Mialgia
4.      Menggigil
5.      Berkeringat
6.      Anemia/pucat
Kadang-kadang gejala tersebut tidak nampak atau seperti influenza atau gejala infeksi lainnya.
Pada wanita hamil yang berada didaerah endemik malaria dan anemia (< dari 7 gr %) harus dilakukan pengobatan malaria walaupun tidak nampak adanya febris maupun parasitemia.

E.     DIAGNOSIS
Penyakit malaria memeiliki 4 jenis dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam berapa kasus yangt tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertinana yang disebabkan oleh Plasmodium vivaks, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjaadi 2 minggu setelah infeksi)9,10.
Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falsiparum. Merupakan enyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini serin g menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta ematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memeiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala petama bisanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kebali setiap  3 hari. Jenis keempat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan maaria tertiana9,10.
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh di dalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka., sehingga menyebabkan demam 1-4,9,10.
Parasit malaria dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan mikroskopis apus darah tepi dengan pewarnaan Giemsa, pemeriksaaan ini merupakan baku nemas untuk penyakit malaria. Meskipun demikian, Pemeriksaan ini mempunyai keterbatasan yaitu pemeriksa harus cukup berpengalaman di samping pada kualitas reagen dan mikroskop9,10.
Cara lain pemeriksaan laboratorium adalah dengan deteksi antigen yaitu dengan cara mandeteksi antigen dari parasit malaria. Pemeriksaan ini menggunakan Dipstik dengan hasil dapat di baca langsung 2 sampai 15 menit dan dapat digunakan dimana saja serta tidak tergantung sarana laboratorium. Jarak ini telah digunakan oleh WHO Regionalpasiik dan telah disetujui oleh balai pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) mulai bulan juni 2007 dan dikenal dengan nama Rapid Diagnostic Test (RDT). RDT meskipun sangat simple masih membutuhkan konfirmasi ulang bila positif dengan cara mikroskopis. Salah satu penelitian di Sapanyol menunjukkan cara diagnosis ini kurang begitu akurat10,11.
Cara diagnosis lainnya adalah dengan pemeriksaan asam nukleat parasitdengan cara Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasilnya lebih akurat menentukan jenis malaria, tetapi harganya mahal dan membutuhkan peralatan laboratorium yang kompleks10.

F.     KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit malaria cenderung akan lebih sering dan lebih berat dalam kehamilan. Yang sering timbul adalah edema paru, hipoglikemia, dan anemia. Komplikasi ynag lebih jarang terjadi adalah kejang, penurunan kesadaran, koma, muntah-muntah dan diare, dan lain-lain.
1.  Anemia
Penyakit malaria dapat menyebabkan anemia dan juga dapat memperburuk keadaan anemia yang sudah ada. Hal ini disebabkan hal berikut :
a.  Hemolisis eritrosit diserang oleh parasit
b.  Peningkatan kebutuhan Fe selama hamil
c.   Hemolisis berat dapat menyebabkan defisiensi asam folat
Anemia yang disebabkan oleh penyakit malaria lebih sering terjadi dan lebih berat pada usia kehamilan antara 16-29 minggu. Adanya defisiensi asam folat sebelumnya dapat memperberat keadaan anemia ini. Anemia meningkatkan kematian perinatal serta kesakitan dan kematian maternal. Kelainan ini meningkatkan resiko edema paru dan perdarahan pasca salin. Anemia yang signifikan (Hb < 7-8 gr%) harus ditangani dengan memberikan transfusi darah. Lebih baik di beri packed red cells daripada whole blood, untuk menguranngi tambahan volume intravaskular. Transfusi yang terlalu cepat, terutama bila whole blood, akan menyebabkan edema paru.
2.  Edema paru akut
Edema parut akut adalah komplikasi malaria yang lebih sering terjadi pada perempuan hamil daripada perempuan tidak hamil. Keadaan ini biasa ditemukan saat pasien datang atau baru terjadi setelah beberapa hari dalam perawatan. Kejadiannya lebih sering pada trimester II dan III. Edema paru akut akan bertambah berat karena ada anemia sebelumnya, dan adanya perubahan hemodinamik dalam kehamilan. Kelainan ini sangat meningkatkan resiko kematian.
3.  Hipoglikemia
Keadaan ini merupakan komplikasi yang cukup sering terjadi dalam kehamilan dengan penyakit malaria. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya hipoglikemia adalah sebagai berikut :
a.      Meningkatnya kebutuhan glukosa karena keadaan hiperkatabolik dan infeksi parasit
b.      Sebagai respons terhadap starvasi/kelaparan
c.      Peningkatan respons pulau-pulau pankreas terhadap stimulus kreasi (misalnya quinine) menyebabkan terjadinya hiperinsulinemia dan hipoglikemia
Keadaan hipoglikemia pada pasien-pasien malaria tersebut dapat bersifat asimptomatik dan dapat luput terdeteksi karena gejala-gejala pada hipoglikemia juga menyerupai gejal infeksi malaria, yaitu takikardia, berkeringat, menggigil, dan lain-lain. Pada sebagian pasien dapat menunjukkan gejala tingkah laku yang abnormal seperti kejang, penurunan kesadaran, dan pingsan yang hampir menyerupai gejala malaria serebral. Oleh karena itu, semua perempuan hamil yang terinfeksi malria falsiparum, khususnya yang mendapat terapi quinine harus dimonitor kadar gula darahnya setiap 4-6 jam sekali. Hipoglikemia juga bisa rekuren sehingga kadar gula darah harus selalu dilakukan.
Kadang-kadang hipoglikemia dapat berhubungan dengan laktat asidosis dan pada keadaan seperti ini resiko mortalitas akan sangat meningkat. Hipoglikemia maternal juga dapat menyebabkan gawat janin tanpa ada tanda-tanda spesifik.

G.    RESIKO TERHADAP JANIN
Malaria dalam kehamilan menimbulkan permasalahan bagi janin. Tingginya demam, insufisiensi plasenta, hipoglikemia, anemia, dan komplikasi-komplikasi lain dapat menimbulkan efek buruk terhadap janin. Baik malaria P. Vivaks maupun P. Falsiparum dapat menimbulkan masalah bagi janin. Akan tetapi, jenis infeksi P. Falsiparum lebih serius karena dilaporkan insidensi mortalitasnya tinggi. Akibat yang terjadi dapat berupa abortus spontan, persalinan prematur, kematian janin dalam rahim, insifisiensi plasenta, gangguan pertumbuhan janin (kronik atau temporer) berat badan lahir rendah, dan gawat janin. Selain itu, penyebaran infeksi secara transplasental ke janin dapat menyebabkan malaria kongenital.

H.    MALARIA KONGENITAL
Malaria kongenital jarang terjadi, diperkirakan timbul pada < 5% kehamilan. Barier plasenta dan antibodi IgG maternal yang menembus plasenta dapat melindungi janin dari keadaan ini. Akan tetapi, pada populasi nonimun dapat terjadi malaria kongenital, khususnya pada keadaan epidemik malaria. Kadar quinine plasma janin dan klorokuin sekitar 1/3 dari kadarnya dalam plasma ibu sehingga kadar subterapeutik ini tidak dapat menyembuhkan infeksi pada janin. Keempat spesies plasmodium dapat menyebabkan malaria kongenital, tetapi yang lebih sering adalah P. Malariae. Pada bayi baru lahir dapat terjadi demam, iritabilitas, hepatosplenomegali, anemia, ikterus, dan lain-lain. Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan apus darah tebal dari umbilikus atau tususkan di tumit, kapan saja dalam satu minggu setelah lahir. Diagnosis bandingnya adalah inkompatibilitas Rh, infeksi CMV, herpes, rubella, toxoplasmosis dan sifilis.




I.       PENATALAKSANAAN MALARIA DALAM KEHAMILAN
Ada 4 aspek yang sama pentingnya untuk menangani malaria dalam kehamilan yaitu
1.      Pencegahan transmisi
Terdapat upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan transmisi selama kehamilan, yaitu :
a.     Pemberian obat malaria profilaksis
Pemberian obat profilaksis selama kehamilan dianjurkan untuk mengurangi resiko transmisi diantaranya dengan pemberian klorokuin basa 5 mg/kgBB (2 tablet) sekali seminggu, tetapi untuk daerah resisten, klorokuin tidak dianjurkan pada kehamilan dini, tetapi setelah itu dapat di ganti dengan meflokuin. Obat lain yang sering digunakan untuk profilaksis adalah kombinasi sulfadoksin-pirimetamin dengan dosis 1 tablet per minggu, tetapi tidak dianjurkan untuk trimester pertama karena pirimetamin dapat menyebabkan teratogenik.
Pemberian profilaksis pada ibu hamil di atas 20 minggu dapat mengurangi malaria falsiparum sampai 85 % dan malaria vivaks sampai 100 %. Profilaksis klorokuin menurunkan infeksi plasenta yang asimptomatik menjadi 4 % bila dibandingkan tanpa profilaksis sebanyak 19 %.
b.     Pemakaian kelambu
Pemakaian kelambu dinilai efektif untuk menurunkan jumlah kasus malaria dan tingkat kematian akibat malaria pada ibu hamil dan neonatus. Penelitian di Afrika memperlihatkan bahwa pemakaian kelambu setiap malam menurunkan kejadian berat badan lahir rendah atau bayi prematur sebanyak 25 %. Kelambu sangat disarankan terutama pada kehamilan dini dan bila memungkinkan selama kehamilan.
2.      Pengobatan Malaria
Obat-obat antimalaria yang sering digunakan tidak merupakan kontraindikasi bagi perempuan hamil. Beberapa obat antimalaria yang lebih baru memiliki aktifitas antifolat sehingga secara teoritis dapat berperan menyebabkan anemia megaloblastik dan kecacatan pada kehamilan dini. Akan tetapi, perlu difikirkan pada daerah dengan resisten klorokuin, kesehatan ibu adalah yang utama sehingga pemakaian obat yang efektif membunuh parasit tetap dianjurkan bila kondisi ibu memburuk.
Malaria dapat menimbulkan masalah yang fatal bagi ibu hamil dan janinnya. Oleh karena itu, setiap ibu hamil yang tinggal di daerah endemis malaria selama masa kehamilannya harus dilindungi dengan kemoprofilaksis terhadap malaria. Hal ini merupakan bagian penting dari perawatan antenatal di daerah yang tinggi penyebaran malarianya.
Obat antimalaria dalam kehamilan :
Semua trimester     : kuinin, artesunate/artemeter/arteeter
Trimester dua         : meflokuin, pirimetamin/sulfadoksin
Trimester tiga          : sama dengan trimester dua
Kontraindikasi        : primakuin, tetrasiklin, doksisiklin, halofantrin
3.      Penanganan komplikasi
a.   Malaria serebral
Didefinisikan sebagai unrousable coma pada malaria falsiparum, suatu perubahan sensorium yaitu manifestasi tingkah laku abnormal pada seorang penderita dari yang paling ringan sampai koma yang dalam. Berbagai tingkatan penurunan kesadaran berupa delirium, mengantuk sopor, dan berkurangnya rangsang terhadap sakit terjadi pada keadaan ini. Gejala lain dapat berupa kejang, plantar ekstensi/fleksi, pandangan divergen, kekakuan leher dan lain-lain.
Pasien dengan koma membutuhkan penanganan yang komprehensif dan keahlian khusus. Akan tetapi, prinsip utamanya sama pada malaria lainnya yaitu pemberian antimalaria, sedangkan kondisi tidak sadar membutuhkan perawatan khusus.
b.    Edema paru akut
Dilakukan pemberian cairan yang dimonitor dengan ketat; tidur dengan posisi setengah duduk, pemberian oksigen, diuretik, dan pemasangan ventilator bila diperlukan.
c.    Hipoglikemia
Pemberian dekstrose 25-50 %, 50-100 cc secara IV, dilanjutkan infus dekstrose 10 %. Glukosa darah harus dimonitor setiap 4-6 jam untuk mencegah rekurensi hipoglikemia.
d.    Anemia
Harus di beri tranfusi bila kadar hemoglobin < 5 gr%.
e.    Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi prerenal karena dehidrasi yang tidak terdeteksi atau renal karena parasitemia berat. Penanganannya meliputi pemberian cairan yang seksama, diuretik, dan dialisis bila diperlukan.
f.     Syok septikemia, hipotensi, algid malaria
Infeksi bakterial sekunder, seperti infeksi saluran kemih dan pneumonia, sering menyertai kehamilan dengan malaria. Sebagian dari pasien-pasien tersebut dapat mengalami syok septikemia, yang disebut algid malaria. Penanganannya adalah dengan pemberian sefalosporin generasi ketiga, pemberian cairan, monitoring tanda-tanda vital dan keluar masuk cairan.
g.    Koagulopati
Perdarahan dan koagulopati jarang ditemukan di daerah endemis pada negara – negara tropis. Serinng terjadi pada penderita yang non imun terhadap malaria. Biasanya terjadi akibat trombositopenia berat ditandai manifestasi perdarahan pada kulit berupa petekie, purpura, hematoma, perdarahan gusi dan hidung, serta saluran pencernaan. Pemberian vitamin K 10 mg intravena bila waktu protombin atau waktu tromboplastin parsial memanjang. Hindarkan pemberian kortikosteroid untuk trombositopenia, perbaiki gizi penderita.
h.    Ikterus
Manifestasi ikterus pada malaria berat sering dijumpai di Asia dan Indonesia yang mempunyai prognosis buruk.
Tindakan :
Tidak ada terapi spesifik untuk ikterus. Bila ditemukan hemolisis berat dan Hb sangat rendah, beri transfusi darah.
i.      Transfusi ganti
Transfusi ganti diindikasikan pada kasus malaria falsiparum berat untuk menurunkan jumlah parasit. Darah pasien dikeluarkan dan diganti dengan packed sel. Tindakan ini terutama bermanfaat pada kasus parasitemia yang sangat berat (membantu membersihkan) dan impending edema paru (membantu menurunkan jumlah cairan).
4.    Penanganan saat persalinan
Anemia, hipoglikemia, edema paru dan infeksi sekunder akibat malaria pada kehamilan aterm dapat menimbulkan masalah baik bagi ibu maupun janin. Malaria falsiparum berat pada kehamilan aterm menimbulkan risiko mortalitas yang tinggi. Distres maternal dan fetal dapat terjadi tanpa terdeteksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring yang baik, bahkan untuk perempuan hamil dengan malaria berat sebaiknya dirawat di unit perawatan intensif.
Malaria falsiparum merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan persalinan prematur. Frekuensi dan intensitas kontraksi tampaknya berhubungan dengan tingginya demam. Gawat janin sering terjadi dan seringkali tidak terdeteksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring terhadap kontraksi uterus dan denyut jantung janin untuk menilai adanya ancaman persalinan prematur dan takikardia, serta bradikardia atau deselerasi lambat pada janin yang berhubungan dengan kontraksi uterus karena hal ini menunjukkan adanya gawat janin. Harus diupayakan segala cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cepat, baik dengan kompres dingin maupun pemberian antipiretika, seperti parasetamol.
Pemberian cairan dengan seksama juga merupakan hal penting. Hal ini disebabkan baik dehidrasi maupun overhidrasi harus dicegah karena kedua keadaan tadi dapat membahayakan baik bagi  ibu maupun janin. Pada kasus parasitemia berat, harus dipertimbangkan tindakan transfusi ganti.
Bila diperlukan, dapat dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan. Kala II harus dipercepat dengan persalinan buatan bila terdapat indikasi pada ibu atau janin. Seksio sesarea dilakukan berdasarkan indikasi obstetrik.





BAB III
PENUTUP
           
A.     KESIMPULAN
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh potozoa dan disebarkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Infeksi yang disebabkan plasmodium, umumnya plasmodium falsiparum dan plasmodium vivaks. Infeksi malaria falsiparum pada ibu hamil sering menyebabkan kematian bila tidak diketahui dan diberi pengobatan yang baik.
Gejala dan komplikasi malaria selama kehamilan berbeda-beda bergantung pada intensitas tranmisi dan berhubungan langsung dengan tingkat imunitas ibu hamil. Terdapat 2 kondisi yang berpotensi menghambat timbulnya gejala malaria yang disebabkan perbedaan imunitas, yaitu sebagai berikut :
a.      Daerah epidemik atau transmisi malaria rendah
b.      Daerah dengan transmisi malaria sedang sampai tinggi

B.     SARAN
Saran untuk masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan seperti menghindari dari gigitan nyamuk, dengan cara memakai kelambu atau lotion anti nyamuk dan tetap menjaga kebersihan lingkungan agar bebas dari sarang nyamuk dengan prinsip 3M, bagi petugas kesehatan diharapkan mampu sebagai motivator dan penggerak dalam masyarakat sehingga masyarakat sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.










DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Putra, Sukman Tulus, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar