BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Siapa
tak kenal makhluk bernama nyamuk? Serangga yang satu ini pasti sangat dikenal
oleh manusia. Antara nyamuk dan manusia, bisa dikatakan, hidup berdampingan,
bahkan nyaris tanpa batas. Hanya sayangnya, berdampingannya manusia dengan
nyamuk bukan dalam makna positif, yakni terciptanya simbiosis mutualisme yang
saling menguntungkan. Yang terjadi, kehadiran nyamuk dianggap mengganggu
kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih
banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap
nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Nyamuk
Anopheles bisa menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini suka menggigit dalam
posisi menungging alias posisi badan, mulut, dan jarum yang dibenamkan ke kulit
manusia dalam keadaan segaris. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh parasit jenis plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan
berkeringat. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahuai dan mampu menjelaskan penanggulangan penyakit malaria dalam masyarakat.
Mengetahuai dan mampu menjelaskan penanggulangan penyakit malaria dalam masyarakat.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian penyakit malaria
b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang
cara-cara pencegahan penyakit malaria
c. Agar pembaca dapat melakukan upaya penanganan
terhadap pasien malaria
d. Agar pembaca mengetahui jenis obat-obatanyang
diperlukan untuk mengobati penyakit
malaria.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Malaria merupakan salah satu penyakit
re-emerging yang masih menjadi ancaman dan sering menimbulkan wabah. Angka
kejadian infeksi malaria masih tinggi terutama di kawasan Timur Indonesia
seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi Utara.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh potozoa dan
disebarkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Protozoa penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodium yang dapat menginfeksi manusia ataupun serangga. Terdapat empat spesies plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia, yaitu vivaks, ovale, malariae, dan falsiparum. Di duga penyakit ini berasal dari afrika dan menyebar mengikuti gerakan migrasi manusia melalui pantai mediterania, india dan asia tenggara. Nama malaria mulai di kenal sejak zaman kekaisaran romawi.
Kata malaria berasal dari bahasa italia yang berarti udara kotor dan juga bisa
disebut dengan istilah demam romawi.
Infeksi yang
disebabkan plasmodium, umumnya plasmodium falsiparum dan plasmodium vivaks.
Infeksi malaria falsiparum pada ibu hamil sering menyebabkan kematian
bila tidak diketahui dan diberi pengobatan yang baik. Di coba untuk membedakan
antara ibu yang non-imune (berada di daerah yang penularannya yang rendah) atau
daerah semi-imune (berada di daerah yang penularannya tinggi). Ibu yang
non-imune kemungkinan mengalami komplikasi yang lebih besar. Sedang untuk ibu
yang non-imune komplikasi yang terjadi adalah terjadinya anemia dan parasitemia
pada plasenta tetapi tidak sampai mengenai janin (angka kejadian malaria
neonatorum adalah 0,03%). Tetapi dapat menyebabkan BBLR. Penyakit ini bersifat
menahun dan melemahkan kondisi penderita.
B. GEJALA DAN KOMPLIKASI
Gejala dan komplikasi
malaria selama kehamilan berbeda-beda bergantung pada intensitas tranmisi dan berhubungan langsung dengan tingkat imunitas ibu hamil. Terdapat 2 kondisi yang berpotensi menghambat timbulnya gejala malaria yang disebabkan perbedaan imunitas, yaitu sebagai berikut :
a. Daerah
epidemik atau transmisi
malaria rendah
Perempuan
dewasa yang belum penah terkena parasit dalam jumlah
banyak, seringkali menjadi
sakit bila terinfeksi oleh parasit pertama kali. Ibu hamil yang tinggal di daerah dengan transmisi rendah mempunyai resiko
2-3 kali lipat untuk menjadi sakit yang berat dibandingkan dengan perempuan biasa tanpa kehamilan. Kematian ibu hamil biasanya
diakibatkan oleh penyakit malarianya sendiri atau
akibat langsung anemia yang berat. Masalah yang biasa timbul pada kehamilannya adalah meningkatnya
kejadian berat bayi lahir rendah,
prematuritas, pertumbuhan janin terhambat, infeksi malaria, dan kematian janin.
b. Daerah
dengan transmisi malaria sedang sampai tinggi
Pada daerah ini kebanyakan ibu hamil telah mempunyai kekebalan yang cukup karena telah sering mengalami infeksi. Gejala biasanya tidak khas untuk penyakit malaria. Yang paling sering adalah berupa anemia berat dan ditemukan parasit dalam plasentanya. Janin biasanya mengalami gangguan
pertumbuhan dan selain itu menimbulkan gangguan pada daya
tahan neonatus. Kematian ibu hamil akibat malaria di benua afrika mencapai
puluhan ribu tiap tahunnya, 8-14% ibu hamil melahirkan bayi dengan berat badan
yang rendah, selain itu 3-8% mengalami kematian janin dalam rahim.
Penyakit malaria dan kehamilan adalah dua kondisi yang
saling mempengaruhi. Perubahan fisiologis dalam kehamilan dan perubahan
patologis akibat penyakit malaria mempunyai efek sinergis terhadap kondisi
masing-masing, sehingga semakin menambah masalah baik bagi ibu hamil, janin, maupun
dokter yang menanganinya. Penyakit malaria yang terutama disebabkan oleh
plasmodium falsiparum dapat menyebabkan keadaan yang buruk bagi ibu hamil.
Seorang primigravida yang terkena penyakit malaria umumnya paling mudah
mendapatkan komplikasi berupa anemia, demam, hipoglikemi, malaria serebral,
edema paru, sepsis puerperalis, bahkan sampai kematian.
C. GEJALA KLINIK
Selama kehamilan,
lebih dari setengahnya memberikan manifestasi klinik yang atipik, yaitu berupa
:
1. Demam
Pasien dapat mengeluhkan bermacam-macam pola demam mulai
dari tanpa demam, demam tidak terlalu tinggi yanng terus menerus, hingga ke
hiperpireksia. Pada trimester kedua kehamilan gambaran manifestasi klinik yang
atipik lebih sering terjadi karena proses imunosupresi.
2. Anemia
Di negara berkembang yang biasanya merupakan daerah
endemis malaria, anemia merupakan gejala yang paling sering ditemukan selama
kehamilan. Penyebab utama anemia adalah karena malnutrisi dan penyakit cacing.
Dalam kondisi seperti ini penyakit malaria sendiri biasanya memberikan gejala
dengan manifestasi anemia sehingga semua kasus anemia harus diperiksa
kemungkinan kearah penyakit malaria.
3. Splenomegali
Pembesaran limpa biasa terjadi pada penyakit malaria dan
keadaan ini akan menghilang pada trimester kedua kehamilan. Bahkan,
splenomegali yang menetap pada keadaan sebelum hamil bisa mengecil selam
kehamilan.
D. PENILAIAN KLINIK
Gejala dan tanda dari infeksi malaria merupakan demam
yang non spesifik dan kadang-kadang sulit dibedakan dengan kasus demam lainnya.
Gejala
yang ditemukan adalah :
1. Demam tinggi
2. Sakit kepala
3. Mialgia
4. Menggigil
5. Berkeringat
6. Anemia/pucat
Kadang-kadang gejala tersebut tidak nampak atau seperti
influenza atau gejala infeksi lainnya.
Pada wanita hamil yang berada didaerah endemik malaria
dan anemia (< dari 7 gr %) harus dilakukan pengobatan malaria walaupun tidak
nampak adanya febris maupun parasitemia.
E. DIAGNOSIS
Penyakit
malaria memeiliki 4 jenis dan masing-masing
disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya
berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam berapa kasus
yangt tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara
periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertinana yang disebabkan
oleh Plasmodium vivaks, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari
sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjaadi 2 minggu setelah infeksi)9,10.
Demam
rimba (jungle fever), malaria
aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium
falsiparum. Merupakan enyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme
bentuk ini serin g menghalangi
jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta ematian. Malaria
kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memeiliki masa inkubasi
lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala petama
bisanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi. Gejala tersebut
kemudian akan terulang kebali setiap 3
hari. Jenis keempat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan
disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan maaria tertiana9,10.
Pada
masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh di dalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme
tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan
perkembangan mereka., sehingga menyebabkan demam 1-4,9,10.
Parasit
malaria dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan mikroskopis apus darah tepi dengan pewarnaan Giemsa, pemeriksaaan ini
merupakan baku nemas untuk penyakit malaria. Meskipun demikian, Pemeriksaan ini
mempunyai keterbatasan yaitu pemeriksa harus cukup berpengalaman di samping
pada kualitas reagen dan mikroskop9,10.
Cara
lain pemeriksaan laboratorium adalah dengan deteksi antigen yaitu dengan cara
mandeteksi antigen dari parasit malaria. Pemeriksaan ini menggunakan Dipstik
dengan hasil dapat di baca langsung 2 sampai 15 menit dan dapat digunakan
dimana saja serta tidak tergantung sarana laboratorium. Jarak ini telah
digunakan oleh WHO Regionalpasiik dan telah disetujui oleh balai pengawas obat
dan makanan Amerika Serikat (FDA) mulai bulan juni 2007 dan dikenal dengan nama
Rapid Diagnostic Test (RDT). RDT meskipun sangat simple masih
membutuhkan konfirmasi ulang bila positif dengan cara mikroskopis. Salah satu
penelitian di Sapanyol menunjukkan cara diagnosis ini kurang begitu akurat10,11.
Cara
diagnosis lainnya adalah dengan pemeriksaan asam nukleat parasitdengan cara Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasilnya lebih akurat menentukan jenis
malaria, tetapi harganya mahal dan membutuhkan peralatan laboratorium yang
kompleks10.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit malaria cenderung akan lebih sering
dan lebih berat dalam kehamilan. Yang sering timbul adalah edema paru,
hipoglikemia, dan anemia. Komplikasi ynag lebih jarang terjadi adalah kejang, penurunan
kesadaran, koma, muntah-muntah dan diare, dan lain-lain.
1. Anemia
Penyakit malaria dapat menyebabkan anemia dan juga dapat
memperburuk keadaan anemia yang sudah ada. Hal ini disebabkan hal berikut :
a. Hemolisis eritrosit diserang oleh parasit
b. Peningkatan kebutuhan Fe selama hamil
c. Hemolisis berat dapat menyebabkan defisiensi asam folat
Anemia yang disebabkan oleh penyakit malaria lebih sering
terjadi dan lebih berat pada usia kehamilan antara 16-29 minggu. Adanya
defisiensi asam folat sebelumnya dapat memperberat keadaan anemia ini. Anemia
meningkatkan kematian perinatal serta kesakitan dan kematian maternal. Kelainan
ini meningkatkan resiko edema paru dan perdarahan pasca salin. Anemia yang
signifikan (Hb < 7-8 gr%) harus ditangani dengan memberikan transfusi darah.
Lebih baik di beri packed red cells daripada whole blood, untuk menguranngi
tambahan volume intravaskular. Transfusi yang terlalu cepat, terutama bila
whole blood, akan menyebabkan edema paru.
2. Edema paru akut
Edema parut akut adalah komplikasi malaria yang lebih
sering terjadi pada perempuan hamil daripada perempuan tidak hamil. Keadaan ini
biasa ditemukan saat pasien datang atau baru terjadi setelah beberapa hari
dalam perawatan. Kejadiannya lebih sering pada trimester II dan III. Edema paru
akut akan bertambah berat karena ada anemia sebelumnya, dan adanya perubahan
hemodinamik dalam kehamilan. Kelainan ini sangat meningkatkan resiko kematian.
3. Hipoglikemia
Keadaan ini merupakan komplikasi yang cukup sering
terjadi dalam kehamilan dengan penyakit malaria. Faktor-faktor yang mendukung
terjadinya hipoglikemia adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya kebutuhan glukosa karena keadaan
hiperkatabolik dan infeksi parasit
b. Sebagai respons terhadap starvasi/kelaparan
c. Peningkatan respons pulau-pulau pankreas terhadap
stimulus kreasi (misalnya quinine) menyebabkan terjadinya hiperinsulinemia dan
hipoglikemia
Keadaan hipoglikemia pada pasien-pasien malaria tersebut
dapat bersifat asimptomatik dan dapat luput terdeteksi karena gejala-gejala
pada hipoglikemia juga menyerupai gejal infeksi malaria, yaitu takikardia,
berkeringat, menggigil, dan lain-lain. Pada sebagian pasien dapat menunjukkan
gejala tingkah laku yang abnormal seperti kejang, penurunan kesadaran, dan
pingsan yang hampir menyerupai gejala malaria serebral. Oleh karena itu, semua
perempuan hamil yang terinfeksi malria falsiparum, khususnya yang mendapat
terapi quinine harus dimonitor kadar gula darahnya setiap 4-6 jam sekali.
Hipoglikemia juga bisa rekuren sehingga kadar gula darah harus selalu
dilakukan.
Kadang-kadang hipoglikemia dapat berhubungan dengan
laktat asidosis dan pada keadaan seperti ini resiko mortalitas akan sangat
meningkat. Hipoglikemia maternal juga dapat menyebabkan gawat janin tanpa ada
tanda-tanda spesifik.
G. RESIKO TERHADAP JANIN
Malaria dalam kehamilan
menimbulkan permasalahan bagi janin. Tingginya demam, insufisiensi plasenta,
hipoglikemia, anemia, dan komplikasi-komplikasi lain dapat menimbulkan efek
buruk terhadap janin. Baik malaria P. Vivaks maupun P. Falsiparum dapat menimbulkan
masalah bagi janin. Akan tetapi, jenis infeksi P. Falsiparum lebih serius
karena dilaporkan insidensi mortalitasnya tinggi. Akibat yang terjadi dapat
berupa abortus spontan, persalinan prematur, kematian janin dalam rahim,
insifisiensi plasenta, gangguan pertumbuhan janin (kronik atau temporer) berat
badan lahir rendah, dan gawat janin. Selain itu, penyebaran infeksi secara
transplasental ke janin dapat menyebabkan malaria kongenital.
H. MALARIA KONGENITAL
Malaria kongenital
jarang terjadi, diperkirakan timbul pada < 5% kehamilan. Barier plasenta dan
antibodi IgG maternal yang menembus plasenta dapat melindungi janin dari
keadaan ini. Akan tetapi, pada populasi nonimun dapat terjadi malaria
kongenital, khususnya pada keadaan epidemik malaria. Kadar quinine plasma janin
dan klorokuin sekitar 1/3 dari kadarnya dalam plasma ibu sehingga kadar
subterapeutik ini tidak dapat menyembuhkan infeksi pada janin. Keempat spesies
plasmodium dapat menyebabkan malaria kongenital, tetapi yang lebih sering
adalah P. Malariae. Pada bayi baru lahir dapat terjadi demam, iritabilitas,
hepatosplenomegali, anemia, ikterus, dan lain-lain. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan apus darah tebal dari umbilikus atau tususkan di
tumit, kapan saja dalam satu minggu setelah lahir. Diagnosis bandingnya adalah
inkompatibilitas Rh, infeksi CMV, herpes, rubella, toxoplasmosis dan sifilis.
I. PENATALAKSANAAN MALARIA DALAM KEHAMILAN
Ada 4 aspek yang
sama pentingnya untuk menangani malaria dalam kehamilan yaitu
1. Pencegahan transmisi
Terdapat
upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan transmisi selama kehamilan, yaitu :
a. Pemberian obat malaria profilaksis
Pemberian
obat profilaksis selama kehamilan dianjurkan untuk mengurangi resiko transmisi
diantaranya dengan pemberian klorokuin basa 5 mg/kgBB (2 tablet) sekali
seminggu, tetapi untuk daerah resisten, klorokuin tidak dianjurkan pada
kehamilan dini, tetapi setelah itu dapat di ganti dengan meflokuin. Obat lain
yang sering digunakan untuk profilaksis adalah kombinasi sulfadoksin-pirimetamin
dengan dosis 1 tablet per minggu, tetapi tidak dianjurkan untuk trimester
pertama karena pirimetamin dapat menyebabkan teratogenik.
Pemberian
profilaksis pada ibu hamil di atas 20 minggu dapat mengurangi malaria
falsiparum sampai 85 % dan malaria vivaks sampai 100 %. Profilaksis klorokuin
menurunkan infeksi plasenta yang asimptomatik menjadi 4 % bila dibandingkan
tanpa profilaksis sebanyak 19 %.
b. Pemakaian kelambu
Pemakaian
kelambu dinilai efektif untuk menurunkan jumlah kasus malaria dan tingkat
kematian akibat malaria pada ibu hamil dan neonatus. Penelitian di Afrika
memperlihatkan bahwa pemakaian kelambu setiap malam menurunkan kejadian berat
badan lahir rendah atau bayi prematur sebanyak 25 %. Kelambu sangat disarankan
terutama pada kehamilan dini dan bila memungkinkan selama kehamilan.
2. Pengobatan Malaria
Obat-obat
antimalaria yang sering digunakan tidak merupakan kontraindikasi bagi perempuan
hamil. Beberapa obat antimalaria yang lebih baru memiliki aktifitas antifolat
sehingga secara teoritis dapat berperan menyebabkan anemia megaloblastik dan
kecacatan pada kehamilan dini. Akan tetapi, perlu difikirkan pada daerah dengan
resisten klorokuin, kesehatan ibu adalah yang utama sehingga pemakaian obat
yang efektif membunuh parasit tetap dianjurkan bila kondisi ibu memburuk.
Malaria
dapat menimbulkan masalah yang fatal bagi ibu hamil dan janinnya. Oleh karena
itu, setiap ibu hamil yang tinggal di daerah endemis malaria selama masa
kehamilannya harus dilindungi dengan kemoprofilaksis terhadap malaria. Hal ini
merupakan bagian penting dari perawatan antenatal di daerah yang tinggi
penyebaran malarianya.
Obat
antimalaria dalam kehamilan :
Semua
trimester : kuinin,
artesunate/artemeter/arteeter
Trimester
dua : meflokuin, pirimetamin/sulfadoksin
Trimester
tiga : sama dengan trimester dua
Kontraindikasi : primakuin, tetrasiklin, doksisiklin,
halofantrin
3. Penanganan komplikasi
a. Malaria serebral
Didefinisikan
sebagai unrousable coma pada malaria falsiparum, suatu perubahan sensorium
yaitu manifestasi tingkah laku abnormal pada seorang penderita dari yang paling
ringan sampai koma yang dalam. Berbagai tingkatan penurunan kesadaran berupa
delirium, mengantuk sopor, dan berkurangnya rangsang terhadap sakit terjadi
pada keadaan ini. Gejala lain dapat berupa kejang, plantar ekstensi/fleksi,
pandangan divergen, kekakuan leher dan lain-lain.
Pasien
dengan koma membutuhkan penanganan yang komprehensif dan keahlian khusus. Akan
tetapi, prinsip utamanya sama pada malaria lainnya yaitu pemberian antimalaria,
sedangkan kondisi tidak sadar membutuhkan perawatan khusus.
b. Edema paru akut
Dilakukan
pemberian cairan yang dimonitor dengan ketat; tidur dengan posisi setengah
duduk, pemberian oksigen, diuretik, dan pemasangan ventilator bila diperlukan.
c. Hipoglikemia
Pemberian
dekstrose 25-50 %, 50-100 cc secara IV, dilanjutkan infus dekstrose 10 %.
Glukosa darah harus dimonitor setiap 4-6 jam untuk mencegah rekurensi
hipoglikemia.
d. Anemia
Harus
di beri tranfusi bila kadar hemoglobin < 5 gr%.
e. Gagal ginjal
Gagal
ginjal dapat terjadi prerenal karena dehidrasi yang tidak terdeteksi atau renal
karena parasitemia berat. Penanganannya meliputi pemberian cairan yang seksama,
diuretik, dan dialisis bila diperlukan.
f. Syok septikemia, hipotensi, algid malaria
Infeksi
bakterial sekunder, seperti infeksi saluran kemih dan pneumonia, sering
menyertai kehamilan dengan malaria. Sebagian dari pasien-pasien tersebut dapat
mengalami syok septikemia, yang disebut algid malaria. Penanganannya adalah
dengan pemberian sefalosporin generasi ketiga, pemberian cairan, monitoring
tanda-tanda vital dan keluar masuk cairan.
g. Koagulopati
Perdarahan
dan koagulopati jarang ditemukan di daerah endemis pada negara – negara tropis.
Serinng terjadi pada penderita yang non imun terhadap malaria. Biasanya terjadi
akibat trombositopenia berat ditandai manifestasi perdarahan pada kulit berupa
petekie, purpura, hematoma, perdarahan gusi dan hidung, serta saluran
pencernaan. Pemberian vitamin K 10 mg intravena bila waktu protombin atau waktu
tromboplastin parsial memanjang. Hindarkan pemberian kortikosteroid untuk
trombositopenia, perbaiki gizi penderita.
h. Ikterus
Manifestasi
ikterus pada malaria berat sering dijumpai di Asia dan Indonesia yang mempunyai
prognosis buruk.
Tindakan
:
Tidak
ada terapi spesifik untuk ikterus. Bila ditemukan hemolisis berat dan Hb sangat
rendah, beri transfusi darah.
i. Transfusi ganti
Transfusi
ganti diindikasikan pada kasus malaria falsiparum berat untuk menurunkan jumlah
parasit. Darah pasien dikeluarkan dan diganti dengan packed sel. Tindakan ini
terutama bermanfaat pada kasus parasitemia yang sangat berat (membantu membersihkan)
dan impending edema paru (membantu menurunkan jumlah cairan).
4. Penanganan saat persalinan
Anemia,
hipoglikemia, edema paru dan infeksi sekunder akibat malaria pada kehamilan
aterm dapat menimbulkan masalah baik bagi ibu maupun janin. Malaria falsiparum
berat pada kehamilan aterm menimbulkan risiko mortalitas yang tinggi. Distres
maternal dan fetal dapat terjadi tanpa terdeteksi. Oleh karena itu, perlu
dilakukan monitoring yang baik, bahkan untuk perempuan hamil dengan malaria
berat sebaiknya dirawat di unit perawatan intensif.
Malaria
falsiparum merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan persalinan prematur.
Frekuensi dan intensitas kontraksi tampaknya berhubungan dengan tingginya
demam. Gawat janin sering terjadi dan seringkali tidak terdeteksi. Oleh karena
itu, perlu dilakukan monitoring terhadap kontraksi uterus dan denyut jantung
janin untuk menilai adanya ancaman persalinan prematur dan takikardia, serta
bradikardia atau deselerasi lambat pada janin yang berhubungan dengan kontraksi
uterus karena hal ini menunjukkan adanya gawat janin. Harus diupayakan segala
cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cepat, baik dengan kompres dingin
maupun pemberian antipiretika, seperti parasetamol.
Pemberian
cairan dengan seksama juga merupakan hal penting. Hal ini disebabkan baik
dehidrasi maupun overhidrasi harus dicegah karena kedua keadaan tadi dapat
membahayakan baik bagi ibu maupun janin.
Pada kasus parasitemia berat, harus dipertimbangkan tindakan transfusi ganti.
Bila
diperlukan, dapat dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan. Kala II
harus dipercepat dengan persalinan buatan bila terdapat indikasi pada ibu atau
janin. Seksio sesarea dilakukan berdasarkan indikasi obstetrik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh potozoa dan disebarkan melalui gigitan nyamuk anopheles.
Infeksi yang disebabkan plasmodium, umumnya plasmodium
falsiparum dan plasmodium vivaks. Infeksi malaria falsiparum pada ibu hamil
sering menyebabkan kematian bila tidak diketahui dan diberi pengobatan yang
baik.
Gejala dan komplikasi malaria selama kehamilan berbeda-beda bergantung pada intensitas tranmisi dan berhubungan langsung dengan tingkat imunitas ibu hamil. Terdapat 2 kondisi yang berpotensi menghambat timbulnya gejala malaria yang disebabkan perbedaan imunitas, yaitu sebagai berikut :
a. Daerah
epidemik atau transmisi
malaria rendah
b. Daerah
dengan transmisi malaria sedang sampai tinggi
B. SARAN
Saran untuk masyarakat agar menjaga kebersihan
lingkungan seperti menghindari dari gigitan nyamuk, dengan cara memakai kelambu atau
lotion anti nyamuk dan tetap menjaga kebersihan lingkungan agar bebas dari
sarang nyamuk dengan prinsip 3M, bagi petugas kesehatan diharapkan mampu
sebagai motivator dan penggerak dalam masyarakat sehingga masyarakat sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo,
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo,
Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Putra,
Sukman Tulus, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Leveno,
Kenneth J. 2009. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar